Makhluk yang paling indah yang pernah kulihat
tampaknya tidak pernah menutup tirai kamarnya. Kami
baru pindah seminggu
sebelumnya, tapi tidak sulit untuk melihat seorang gadis seperti dia. Menurutku,
ia tidak pernah melihatku, tapi itu membuatnya jauh lebih
memikat.
Dia masih muda dan langsing, kulit seputih salju yang pertama pada musim dingin, dan dia memiliki rambut merah yang indah. Aku akan melihatnya menari hampir setiap malam, rambutnya berkibar. Aku langsung terpikat, mengamatinya dari jendela kamarku. Beberapa malam ia menari, malam yang lain dia hanya duduk di mejanya, kadang-kadang berbicara di ponselnya semalaman.Hal itu terjadi sampai akhir bulan pertama ketika aku melihat bahwa ia membunuh anak beruntung yang pertama.
Dia adalah salah seorang gadis disekolah, pengedar obat-obatan di sekitar kampus dan memiliki pergaulan yang buruk. Seorang korban yang sempurna. Dia selalu melakukan hal-hal yang begitu sempurna.
Itu adalah malam pertama aku melihatnya mematikan lampu begitu awal. Aku mungkin tidak tahu apa yang dilakukannya jika pisaunya tidak berkilat dibawah sinar bulan. Pisau itu berkilat keperakan dengan bercak merah. Tidak ada jeritan, tidak ada suara. Pasti hanya beberapa detik, tetapi rasanya seperti menonton berjam-jam.
Dia masih muda dan langsing, kulit seputih salju yang pertama pada musim dingin, dan dia memiliki rambut merah yang indah. Aku akan melihatnya menari hampir setiap malam, rambutnya berkibar. Aku langsung terpikat, mengamatinya dari jendela kamarku. Beberapa malam ia menari, malam yang lain dia hanya duduk di mejanya, kadang-kadang berbicara di ponselnya semalaman.Hal itu terjadi sampai akhir bulan pertama ketika aku melihat bahwa ia membunuh anak beruntung yang pertama.
Dia adalah salah seorang gadis disekolah, pengedar obat-obatan di sekitar kampus dan memiliki pergaulan yang buruk. Seorang korban yang sempurna. Dia selalu melakukan hal-hal yang begitu sempurna.
Itu adalah malam pertama aku melihatnya mematikan lampu begitu awal. Aku mungkin tidak tahu apa yang dilakukannya jika pisaunya tidak berkilat dibawah sinar bulan. Pisau itu berkilat keperakan dengan bercak merah. Tidak ada jeritan, tidak ada suara. Pasti hanya beberapa detik, tetapi rasanya seperti menonton berjam-jam.
Ketika ia menyalakan
kembali lampunya, gadis tolol itu sudah hilang dari pandangan. Tetapi wajahnya,
wajah cantiknya, dilapisi oleh darah segar. Ia punya seringai yang paling imut,
matanya menggoda dan liar. Ia sudah kelewat batas, ia sudah membuat dosa besar.
Ya Tuhan, betapa cantiknya. Rambut merahnya jatuh begitu anggun di wajahnya,
seperti malaikat jatuh.
Tiga orang berikutnya
datang dan menjadi sama : pemain sepak bola mabuk, anak teater yang tertutup,
seorang gadis gotik yang suka bereksperimen – mereka semua memainkan bagiannya
dalam acara yang menakjubkan yang disiapkan bagiku sepanjang tahun. Ia mengundang
mereka ke kamarnya, seperti teman lama yang bertukar gosip. Kemudian kau
melihatnya, sebuah momen yagn selalu kunantikan, tangannya disembunyikan
seperti seringai yang merayap di bibirnya. Ia selalu mematikan lampu untuk
membunuh, tetapi raut wajah cantiknya ketika ia menyalakan lampunya lagi…. Aku hampir
bisa merasakan kegirangan yang ia rasakan.
Suatu hari, aku akhirnya punya keberanian untuk bertemu dengannya atau, mungkin bergabung dengannya dalam kegembiraan. Jika aku benar-benar beruntung, mungkin aku bisa menjadi orang yang membuat seringainya yang menggoda. Aku membeli beberapa pakaian benar-benar bagus, parfum mahal juga. Aku bahkan membuat rambutku jadi pirang, berharap aku bersinar seperti dia. Tapi pagi datang yang membawa berita yang terburuk.
Orang tuaku bilang kita akan pindah. Mereka mengkhawatirkanku, karena banyak orangtua yang kehilangan anaknya. Aku mencoba untuk menolak, tapi apa yang akan aku katakan? Jika aku mengatakan kepada mereka tentang gadis di luar jendelaku, gadis itu akan pergi. Lalu, aku tidak akan pernah melihatnya lagi. Aku berharap akan bertemu dengannya lagi suatu hari nanti. Mereka mengirimku pergi secepatnya untuk tinggal dengan seorang teman keluarga. Sulit sekali, aku begitu cemas tidak berada di kamarku lagi, mungkin melihat tariannya untukku untuk terakhir kalinya.
Karena pekerjaan
ayahku, kami sering pindah, tetapi mereka benci memindahkanku keluar dari
kamarku. Sulit sekali. Aku akan merasa gelisah tanpa adanya cermin di
dindingku. Ketika aku keluar dari bangsal, dokter menyarankanku untuk
menyimpannya, seperti jendela, untuk mencegahku kambuh dan menyerang keluargaku.
Ku pikir ini aneh pada awalnya, tetapi aku secepatnya lupa bahwa ada cermin
itu. Aku menjadi teralihkan. Semenjak aku keluar, kami selalu tampak bergerak
disebelah makhluk yang paling indah yang pernah kulihat, kali ini dia berambut
pirang. Seoranng malaikat yang nyata.
Retold and translated
by : Sella Chang
Source :
creepypasta.com
Credit to : Mr. Major
0 comments:
Post a Comment