CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Saturday, 3 August 2013

Mommy's Closet





Di lemari ibu, aku mendengar deritan.
Di lemari ibu, aku mendengar jeritan.
Di lemari ibu, aku tidak kesana.
Di lemari ibu? Tidak, tidak tidak.

“Apa yang ada di lemari?” aku bertanya dalam ketakutan.
Ibu tertawa kecil, “Tidak ada, sayang!”
Aku akan menunggu sampai malam,
Ketika aku menghadapi ketakutan terbesarku.

Pikiran menakutkan berputar di kepalaku.
Lemari ibu memenuhiku dengan ketakutan.
Suatu malam yang gelap aku memutuskan untuk pergi.
Apa yang ada di lemari? Aku tidak tahu.

Jadi ketika malam datang aku menyelinap
Ke kamar ibu dengan seringai,
Mengendap melewati kamar ibu dan ayah,
Dan pergi ke koridor ke kesuraman.

Aku membuka pintu, hanya bukaan kecil.
Angin dingin berhembus dan mendorongku mundur.
Aku memutar kenop. Aku tidak bisa berhenti sekarang!
Aku melangkah masuk, dan berbisik, “Wow.”

Di lemari ibuku, ada deritan.
Di lemari ibuku, ada jeritan.
Aku melihat dan memandang, disana ada jurang yang seram.
Mataku membesar dan kakiku kaku.

Bayangan, kegelapan, teriakan juga,
Aku selalu berpikir bahwa hantu berkata, “Boo!”
Tetapi tidak, mereka berteriak dalam kesakitan,
Hitam, dan lendir lengket mulai berjatuhan seperti hujan.

Aku melintasi jembatan, jembatan itu berderit dan tua.
Terdapat lautan api yang berwarna merah dan emas.
Gerbang logam membentuk “N” yang bersar,
Semua api itu membuat mataku sakit.

Seorang gadis kecil berkata, “Berikan jiwamu padaku!”
Ia mencakar di atas jantungku, dan jatuh ke lubang.
Orang-orang dibelakang gerbang memiliki mata merah menyala.
Semuanya merah, bahkan langitnya.

Pria tua seram mengintai ke dalam,
Bertanya padaku apakah ia dapat mengambil kulitku.
“Tidak!” aku menangis ketika melihat pisaunya.
“OK, kalau begitu aku akan mengambil nyawamu!”

“Lepaskan aku!” aku menggertak, “Sekarang!”
Gerbang terbuka, dan untuk kembali, aku bersumpah.
Tetapi aku tidak sempat, keramaian menelanku.
Mereka mengambilku seperti remah-remah di cangkir.

Seorang wanita membangunkanku dan membawanya ke rumahnya.
Dimana ia mengunciku di rumah kaca besar.
“Berikan jiwamu padaku”, katanya, “Atau berikan aku darahmu.”
“Tidak keduanya!” kataku, dan tiba-tiba terjadi banjir.

Aku bangun lagi dan mulai berteriak.
Pisau wanita tua itu, pedang perak yang berpendar.
“Kau anak yang nakal,” katanya dengan seringai.
Tiba-tiba aku berteriak dan tanganku dikuliti.

Wanita tua itu mengunyahnya, “Enak”, katanya.
“Rasanya enak jika masih hidup tetapi lebih enak jika mati!”
Aku kabur secepatnya, tetapi pria menyeramkan menangkapku.
“Matamu segar, berair dan berdaging.

Ia menyeretku, aku berteriak, “Tolong! Tolong!”
Tetapi tidak ada orang yang datang, jadi aku mulai mendengking.
Ia mengikatku, menyungkil mata kiriku.
Mengajakku makan malam, sebuah sup mata!

“Ya,” katanya, “Kau harus tinggal.”
“Aku tidak mau!” Aku ingin pergi sendiri.
Jadi ia mendorongku keluar, aku lemah dan terluka.
Sebuah keluarga menangkapku. Mereka merobek kausku.

“Dagingmu terlihat enak,” seorang gadis cantik mati berkata.
“Tidak!” kataku, “Aku tidak mau mati!”
Tetapi mereka merobek kulitku, di dadaku, oh menjijikan!
Mereka melumpuhkanku, aku tidak punya keberuntungan.

Mereka menggeserku, seorang wanita mengambil tulang kakiku.
Pria yang lain mengambil pita suaraku.
Mereka membuat selimut dari pembuluh darahku, baju dari rambutku.
Selama dua hari yang sedih aku putus asa.

Di lemari ibu, aku mendengar deritan.
Di lemari ibu, aku mendengar jeritan.
Sekarang aku mati, aku mengetahuinya dengan baik.
Lemari ibu adalah pintu masuk neraka.

translated by : Sella Chang
source : scaryforkids.com

0 comments:

Post a Comment