Berapa tahun yang
lalu, ketika aku masih sekolah, aku pergi jalan-jalan dengan temanku. Kami baru
saja menyelesaikan ujian kami dan kami sedang mencari sedikit kesenangan dan
petualangan baru. Temanku membawa anjing peliharaannya selama perjalanan untuk
menemani kami.
Karena kami tidak
mempunyai banyak uang, kami tidak bisa tinggal di hotel. Jadi kami hanya
berhenti di pinggir jalan dan tidur di mobil.
Suatu sore, ketika
sudah hampir gelap, kami sampai pada sebuah desa di pinggir pantai. Lokasinya berada
di pesisir, di kaki gunung.
Kami kehabisan bensin,
jadi kami memutar-mutar, mencari tempat untuk mengisi bensin. Setelah melewati
pesisir, kami menemukan satu-satunya pom bensin di desa itu, tetapi sudah tutp.
Disana ada rumah kecil
dan pompa gas diluar, jadi aku masuk dan memencet belnya. Di depan pintu rumah
tersebut ada sebuah keranjang besar yang digantung di depan pintu masuknya. Keranjang
itu berisi daging, sayuran, permen dan macam-macam perhiasan kecil. Keranjang tersebut
terlihat seperti persembahan di kuil.
Aku memencet bel lagi
dan menyadari ada seseorang yang mengintip lewat celah jendela, tetapi tidak
ada yang membukakan pintu.
“Hey, aku tahu kau ada
dirumah! Buka pintunya!” teriakku.
Tidak ada yang
menjawab.
“Mobil kami hampir
kehabisan bensin dan kami tidak mau terjebak disini,” kataku.
Lampu pun menyala dan
aku mendengar pintunya dibuka. Pintunya hanya terbuka sedikit dan terdapat
sebuah sosok yang mengintip dibaliknya.
“Apa maumu?” geramnya.
“Aku hanya ingin
membeli bensin….” Jawabku.
“Apa kau tidak lihat
kami sudah tutup?”
“Maafkan kami karena
sudah mengganggumu, tetapi kami tidak bisa kemana-mana.”
“Kau tidak tahu ini
dimana?” katanya. “Pergi dari sini sekarang!”
“Aku juga ingin pergi
tapi kami kehabisan bahan bakar,” balasku.
“Ini! Ambil ini!”
geramnya.
Pria tersebut membuka
pintunya lebih lebar dan melembarkan satu kaleng bensin ke arahku. “Sekarang
pergilah dan tinggalkan kami sendirian!” teriaknya, sambil membanting pintu di
depanku.
Menurutku itu sangat
kasar, tetapi karena ia tidak meminta bayaran atas bensinya, aku berterima
kasih padanya dan pergi.
Kemudian aku kembali
ke mobil, aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa jalan tersebut seperti
ditinggalkan. Sangat sunyi. Seluruh rumah benar-benar gelap dan setiap rumahnya
terdapat keranjang yang tergantung di pintu depannya.
“Apakah ada festifal
dan semacamnya?” aku mengatakan pikiranku.
“Kalau memang ada, aku
tidak tahu sama sekali,” kata temanku.
Kami berdua sama-sama
lelah karena menyetir seharian, jadi kami memutuskan untuk tinggal di desa
malam ini dan melanjutkan perjalanan dipagi harinya. Kami berhenti di sebelah
jalan yang menghadap laut.
Temanku masuk ke kursi
belakang bersama anjingnya, sementara aku menyelimuti diriku di kursi depan dan
mencoba tidur.
Kemudian, anjing
temanku mulai menggeram dan aku menyadari ada bau amis yang menyengat. Anjing itu
kemudian menunjukkan giginya dan lanjut menggeram saat ia memandangi
laut.biasanya anjing ini diam dan berlaku baik, tetapi sepertinya ada sesuatu
yang menakutinya.
Aku memincingkan
mataku untuk melihat di kegelapan. Lautnya terlihat tenang dan menyeramkan,
hanya diterangi dengan cahaya bulan yang pucat. Aku bisa melihat sesuatu
menggeliat di pinggir dermaga.
“Apa itu?” bisikku.
“Aku tidak tahu,”
jawab temanku sambil berbisik..
Awalnya hanya terlihat
seperti batang pohon yang mengambang di air, tetapi semakin kami melihatnya,
sesuatu ini terlihat datang merayap keluar dari laut. Kemudian benda itu mulai
naik ke daratan, berputar dan merayap seperti ular, tetapi tidak ada suara sama
sekali. Benda itu kelihatannya seperti asap hitam, berputar dan membentuk
dirinya menjadi bentuk manusia.
Aku dapat mendengar
suara nyaring mengerikan di telingaku. Bau amis menjadi semakin buruk dan memuakkan.
Sosok gelap itu
melintasi jalan dan mencapai rumah pertama di seberang tempat parkir kami. Benda
itu hampir setinggi rumah itu sendiri dan berbentuk seperti manusia yang tak
berbentuk dengan tangan yang menggantung panjang dan kaki yang bengkok.
Sosok itu memandangi
jendela bagai mempunyai wajah. Kemudian ia beralih ke keranjang yang
menggantung di pintu depan dan mulai melahap semua di dalamnya.
Aku memandangi temanku
dan melihat dia duduk gemetaran di bangku belakang. Aku begitu takut
sampai-sampai tidak bisa menggerakkan tubuhku. Seluruh tubuhku kaku dan
jantungku berdegup kencang sampai aku takut jantungku akan keluar dari dadaku.
Bau ikan busuk makin
menyeruak seperti kabut. Bau itu hampir memperdayaku. Sosok itu mengunjungi
rumah demi rumah, memandangi jendela dan mengambil barang-barang di keranjang
tersebut.
“Nyalakan mobilnya! “
kata temanku dengan suara bergetar.
Saat aku menyalakan
mesin mobilku, sosok itu berbalik perlahan dan melihat tepat ke arah kami. Kemudian
sosok itu mulai bergerak menuju ke arah kami. Aku menaikkan gigi dan keluar
dari tempat parkir.
Anjing temanku mulai
menggonggong dengan kerasnya di kursi belakang. Temanku berteriak padaku, aku
tidak berani melihat kebelakang. Kami mengemudi secepat yang kami bisa sampai
kami keluar dari desa tersebut hingga ke kota selanjutnya.
Ketika kami kehabisan
bahan bakar, aku mengambil kaleng bensin, dan cepat-cepat mengisi tangki dan
terus melaju. Pagi harinya, kami kelelahan, tetapi kami telah meninggalkan desa
tersebut dan makhluk aneh itu dibelakang.
Ketika kami sampai di
rumah beberapa hari kemudian, aku bercerita pada orangtuaku tentang pengalaman
mengerikan itu. Ibuku bilang ia pernah mengingat legenda yang di ceritakan pada
waktu ia kecil tentang desa nelayan di pesisir pantai.
Ibuku berkata bahwa
desa itu dikutuk dan diganggu oleh semacam makhluk supernatural atau iblis. Pada
hari yang sama, setiap tahun, sesuatu akan bangkit dari laut dan menyerang
penduduk desa, menghancurkan dan melahap mereka. Untuk melindungi diri mereka,
penduduk desa akan mengunci rumahnya pada malam hari dan meninggalkan sesaji di
luar rumahnya untuk menangkal makhluk tersebut.
Sejak saat itu, aku
selalu menjauh dari laur. Ada sesuatu tentang bau amis itu yang menakutiku dan
membuatku gemetar ketakutan.
translated by : Sella Chang
source : scaryforkids.com
0 comments:
Post a Comment