CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Wednesday, 31 July 2013

ORIGINAL STORY - FRONT GATE

Ada seorang pria muda bernama Gerald. Orangtua Gerald merupakan orang terkaya di daerahnya. Gerald tinggal bersama kedua orangtuanya dan adiknya yang masih kecil. Rumah mereka sangat indah dan mewah. Segala fasilitasnya lengkap, dan tidak ketinggalan dengan keamanan yang tinggi.

Beruntung, Gerald mempunyai sifat yang rendah hati dan tidak sombong. Ia mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan. Hidupnya sempurna, kata orang-orang yang mengenalnya. Ia kaya, pintar, berwajah menarik dan disukai semua orang.

Setiap hari ia pergi ke kampus mengendarai mobil, karena rumah mereka berada di daerah peternakan yang jauh dari kebisingan kota.

Suatu hari, ia mengikuti kegiatan di kampusnya. Dirinya menjadi panitia, sehingga ia sering ikut rapat yang terkadang selesai pada tengah malam. Seperti biasanya, ia pun mengendarai mobilnya menuju rumahnya di pinggiran kota.

Sampai di depan rumahnya, ia disambut oleh para penjaga keamanan yang selalu membukakan pintu untuknya. Dan Gerald selalu menyapa mereka, hanya untuk sekedar mengucapkan terimakasih atau melambaikan tangan.

"Terima kasih, Lucas," kata Gerald sambil tersenyum.
"Sama-sama, Tuan." balas penjaga bernama Lucas itu. Kemudian ia menutup gerbang.

Gerald tidak ingat kapan tepatnya Lucas bekerja di rumahnya. Tapi ia menyukai pria itu, wajahnya ramah dan penuh senyum. Tidak seperti kebanyakan security guard yang bekerja di rumahnya yang bertampang sangar.

Hampir setiap hari percakapan itu berulang. Sampai suatu malam, ia baru pulang dari kampusnya karena baru mengikuti rapat. Ia ditelpon oleh ayahnya.

"Gerald, kau ada dimana?" tanya ayahnya.
"Aku sedang dalam perjalanan pulang, Dad," jawabnya. "Ada apa?"
"Bisakah kau menjemputku?" tanya ayahnya lagi. "George, supirku, baru saja pulang karena ibunya sakit, sedangkan aku sangat lelah setelah bekerja seharian. Lagipula aku mengantuk. Bukankah tidak baik bila mengemudi sambil mengantuk?"

"Baiklah, Dad," Gerald menyetujui. "Kau ada dimana?"
"Aku di restoran King's Palace," jawab ayahnya. "Cepatlah, Nak. Aku sudah mulai mengantuk."
"Okay, Dad. I'm on my way."

Setelah menjemput ayahnya, mereka berdua pun pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, seperti biasa Lucas membukakan pintu untuknya.
"Terima kasih, Lucas," katanya sambil tersenyum. "Bagaimana harimu."
"Sama-sama, Tuan. Oh, hariku menyenangkan," balasnya sambil tersenyum juga.

Ayahnya memandanginya dengan heran.
"Kau berbicara dengan siapa?" tanya ayahnya heran.
"Lucas," jawabnya.
"Lucas siapa?" tanya ayahnya lagi.
"Security guard yang selalu membukakan pintu," jawab Gerald.
"Tidak ada yang membukakan pintu, Gerald. Semua mobil di rumah ini dipasangi sensor, jadi jika salah satu mobil di rumah ini datang, pintu gerbang depan akan terbuka otomatis."

Gerald kaget, ia tidak mungkin berhalusinasi. Ia benar-benar melihat Lucas! Dan ia pun sering berbicara dan menyapanya. Ia takut mendengar kelanjutan jawaban ayahnya.
"Aku ingat siapa saja security guard yang bekerja di sini, dan tidak ada yang bernama Lucas."

Jawaban dari ayahnya membuatnya meriding. Kemudian ia melihat ke arah gerbang depan rumahnya. Disana berdirilah Lucas dengan senyum khasnya, lalu ia melambai ke arah Gerald dan kemudian menghilang menjadi kabut. 

Taxi Fare





Pada saat itu lewat tengah malam dan sebuah taksi melaju di jalan pedesaan. Supir taksi itu baru saja kembali dari kota setelah mengantarkan orang. Dengan tidak adanya lampu jalan, jalan itu terlihat sunyi mencekam dan pohon pinus di kedua sisinya membuat jalan semakin panjang dan mengancam di bawah sinar bulan.

Jalan ini mempunyai sejarah menyeramkan. Beberapa tahun yang lalu terjadi kecelakaan mengerikan disini. Mobil-mobil secara misterius keluar dari jalan atau menabrak pohon atau tergelincir di tebing terjal.

Orang-orang lokal menyebutnya jalan kematian karena sudah banyak memakan korban. Mereka bilang hantu dari orang-orang malang ini menghantui jalan itu dan beberapa orang melaporkan bahwa mereka melihat sesosok bayangan yang mengintai dibalik pohon. Hanya beberapa orang yang berani melewati jalan itu setelah gelap.

Supir taksi ini tidak peduli. Ia terus mengemudi, menurunkan kecepatan dan berusaha waspada terhadap tikungan tajam. Kabut tebl mulai turun dari bukit dan menyelimuti jalan.

Ia melihat langit malam. Sepertinya badai besar akan datang. Jalan tersebut semakin berbahaya ketika hujan. Ban sulit menahan jalan ketika mulai basah dan licin. Beberapa kecelakaan fatal terjadi pada saat hujan.

Ketika taksi ini melewati rimbunan pohon, supir taksi ini melihat siluet pria yang berdiri di pinggir jalan tersebut.
“Apa yang dilakukannya malam-malam begini di tempat seperti ini?” gumamnya. “Apalagi di malam seperti ini.”

Wajah pria itu tersembunyi. Ia mengulurkan tangannya dan melambai, memanggil taksi. Supir taksi itu kemudian melambatkan laju kendaraannya dan menepi, kemudian berhenti di depannya.

Pria aneh ini kemudian membuka pintu dan duduk di kursi belakang tanpa berkata apa-apa.
“Kemana tuan?” tanya supir taksi itu.
“Jalan saja,” katanya dalam suara bisikan parau.

Supir taksi itu mengangguk dan mulai mengemudi menuju kota. Taksi itu berjalan dengan mantap melewati kabut, tetapi ada sesuatu yang aneh yang menggantung di udara. Walaupun melewati jalan gelap, kabut atau pria misterius, supir taksi ini tidak ambil pusing.

“Kabutnya semakin tebal,” kata supir taksi.

Pria itu hanya mengangguk.
“Ya, “ kata supir taksi itu. “ini malam yang seram. Boleh aku tanya, apa yang kau lakukan sendiri di malam seperti ini?”

Pria misterius itu tidak menjawab. Ia hanya duduk saja di kursi belakang, wajahnya tersembunyi di kegelapan. Supir taksi ini fokus mengemudi. Kabut sekarang menutupi jalan, membuatnya sulit untuk melihat apa yang terjadi. Mereka melambatkan mobilnya dan atmosfir di dalam mobil menjadi ngeri dan tidak nyaman,

Supir taksi ini memutuskan untuk mengakhiri kesunyian.

“Kau tahu, banyak jiwa-jiwa malang yang kehilangan nyawanya di jalan ini,” katanya.
“Aku tahu,” jawab pria misterius. Suaranya mempunyai nada yang aneh.
“Disini banyak terjadi kecelakaan selama bertahun-tahun,” lanjutnya dengan suara pelan. “Mereka bilang jalan ini berhantu.”

Pria ini tidak membalas ucapan supir taksi.
“Aku tahu siapa kau….” Kata supir taksi itu dengan suara lebih pelan.

Pria itu duduk tidak nyaman di kursinya.
“Siapa aku?” tanyanya.
“Beberapa jam yang lalu, sebuah bank di rampok di kota,” kata supir taksi. “Pencuri itu membunuh penjaga keamanan dan melarikan diri dengan uang banyak.”
“Benarkah?” tanya pria ini lagi.
“Pencuri ini mengubur semua uangnya di bawah sebuah pohon pinus, jauh di dalam hutan. Ia menguburkannya disitu karena ia tahu ada hantu yang menghantui jalan ini. Ia tahu pendapatan haramnya akan aman disitu. Ia tahu tidak akan ada yang berani untuk menjelajah hutan,”

Pria yang di bangku belakang itu kemudian mencondongkan badannya ke depan. Ia menekan pistolnya ke belakang kepala supir taksi tsb.

“Kau mengikutiku?” geramnya.

Supir taksi itu tertawa perlahan. Suara tawanya makin lama semakin keras sampai ia tertawa seperti seorang maniak.

“SIAPA KAU???” tangis si pria misterius itu.

Supir taksi itu kemudian berbalik perlahan ke arah penumpangnya. Pria tersebut terkaget dan memandang dengan ngeri.
Supir taksi itu tidak punya wajah, tetapi terdapat sebuah lupang di kepalanya dimana seharusnya wajahnya berada. Pria itu dapat melihat isi dari kepala supir taksi itu dan kulit busuk yang menggantung di kepalanya.

Ia mulai berteriak dan tidak bisa berhenti. Ia melompat keluar dari mobil dan kabur ke kabut tebal, secepat ia bisa. Ia masih dapat mendengar suara maniak dari hantu supir taksi tersebut dibelakangnya. Suara tertawa mengerikan ini menggema di seluruh bukit, melewati kabut dan mengambang di bukit gelap.


Translated by : Sella Chang
Source : scaryforkids.com

Abigail





Beberapa tahun yang lalu, ada seorang anak perempuan bernama Abigail Townsend yang tinggal di Spooner House di Plymouth, Massachusetts. Ayahnya adalah seorang nelayan dan sering berada di laut.

Abigail tidak pernah punya hubungan yang baik dengan ibunya, tapi ketika ayahnya pergi, semuanya menjadi lebih buruk. Ibunya menjadi sangat kejam dan Abigail selalu takut jika ayahnya pergi karena ia takut dengan apa yang akan dilakukan oleh ibunya.

Suatu hari, ayah Abigail tidak pulang dari perjalanan memancingnya. Ibu Abigail menyalahkan gadis malang atas hilangnya ayahnya dan menumpahkan amarahnya ke Abigail.

Suatu malam, Abigail yang malang meninggal karena penyebab misterius. Ibunya berkata bahwa gigi rusak yang membunuh anaknya. Ia menegaskan bahwa sakit gigi Abigail menjadi abses dan infeksinya menyebar ke seluruh tubuhnya dan membunuhnya.

Beberapa orang tidak percaya ceritanya. Mereka mencurigai ibu Abigail telah membunuh anaknya dengan brutal, menusuk anak tersebut sampai mati karena kemarahannya.

Sejak saat itu, hantuk dari Abigail kecil telah menghantui satu dari kamar di loteng di Spooner House. Beberapa orang menegaskan mereka pernah melihat sosok hantunya mengintip dari jendela atas dan bermain dengan daun jendela.

Spooner House sekarang menjadi museum. Tahun 2005, sekumpulan pekerja disewa untuk renovasi rumah tersebut. Ketika mereka mengetuk pintunya, pintu itu dibuka oleh anak perempuan kecil dengan gaun putih jadul. Kemudian ketika manager datang, ia kaget melihat para pekerja sudah berada di dalam.

Mereka mengangkat bahu dan berkata, “Ada gadis kecil yang membukakan pintu.”
“Gadis kecil apa?” tanya manager.

Mereka mencari ke seluruh rumah dari atas ke bawah, tetapi tidak ada tanda-tanda dari gadis kecil itu. Para pekerja sangat merinding dan mereka mengumpulkan alat-alat mereka dan pergi dari tempat itu.

Seorang wanita, yang tinggal di rumah sebelahnya, berkata ia pernah bangun pada malam hari dan menemukan Abigail sedang berdiri di ujung ranjangnya.

Menurut legenda, jika kau berdiri di jalan depan rumah Abigal dan berkata, “Abigail, ayo main!” kau akan lihat sesosok hantu dari gadis kecil yang berdiri di jendela lantai atas.

Translated by : Sella Chang
source : scaryforkids.com

Night Visitor





Ada seorang anak laki-laki yang tinggal dengan orang tuanya di sebuah apartemen kecil. Mereka tinggal di bagian kumuh dari kota tersebut dan banyak terjadi kriminalitas di area tersebut. Apartemen mereka berada di lantai dasar gedung itu dan benar-benar perlu diperbaiki. Beberapa jendela pecah dan rusak dan pintunya tidak pernah benar-benar terkunci.

Anak ini sering mengalami kesulitan tidur karena ia dapat mendengar semua suara dari jalan di luar apartemennya. Ia memohon kepada orang tuanya untuk memperbaiki jendelanya dan mengunci pintunya, tetapi orangtuanya berkata bahwa mereka belum punya uang. Kedua orangtuanya harus bekerja keras hanya untuk menyambung hidup.

Suatu malam, ketika anak ini sedang tidur nyenyak di kamarnya, tiba-tiba ia terbangun karena suara menggaruk. Ia duduk di tempat tidurnya dan menajamkan telinganya untuk mendengar, tetapi ia tidak tahu suara itu berasal dari mana. Kamarnya hampir gelap dan tidak ada cahaya dari luar.

Anak itu kemudian turun dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar orangtuanya.

“Ibu,” bisiknya. “Ibu, ada suara aneh di kamarku.”

Ibunya bangun dan menggumam, “Mungkin saja itu suara dari cabang pohon yang mengenai jendelamu.,” katanya.
“Tetapi tidak ada pohon di dekat jendelaku,” balas anak itu.
“Berarti mungkin saja itu hanya tikus di dinding,” gumam ibunya. “Tinggalkan aku. Aku sedang mencoba untuk tidur.”

Dengan malas, anak itu kembali ke kamarnya, tetapi ia masih gugup dan takut. Ia kemudian naik ke ranjangnya, menutup mata dan mencoba untuk rileks.

Ketika ia hampir tertidur, ia mendengar suara menggaruk lagi. Kali ini suara itu semakin keras, tetapi ia tidak tahu suara itu berasal dari mana. Ia mencoba untuk mengabaikannya tetapi mustahil untuk tidur.

Tiba-tiba ia merasakan nyeri tajam di punggungnya. Ia lompat dari tempat tidurnya dan menangis keras. Punggungnya seperti digigit oleh serangga. Ia berlari ke kamar orangtuanya.

“Ayah,” bisiknya. “Ayah, sesuatu menggigitku.”

Ayahnya mengucek matanya dan bangun dari ranjangnya. Ia memeriksa punggung anaknya dan menemukan luka tusukan kecil. Ada satu atau dua tetes darah yang keluar dari lukanya.

“Ini tidak terlihat seperti gigitan serangga,” kata ayahnya.
“Lalu ini apa?” tanya anak tersebut.

Ayahnya tidak menjawab. Ia malah pergi ke kamar anaknya dan anak itu mengikuti ayahnya di belakang. Ayahnya menyalakan lampu dan memeriksa ranjang. Ada lubang kecil di seprai dan sesuatu keluar dari kasurnya.

“Aku tahu apa yang terjadi,” kata ayahnya. “Satu dari per di kasurmu pasti mencuat keluar.”

Ayahnya kemudian membalik kasur dan melihat di bawahnya. Apa yang ia temukan membuatnya kaget dan seram.

Ada pisau besar yang menempel di bawah kasur. Di bawah ranjang, mereka menemukan lumpur dan psir di karpet. Jendela kamar tidak terkunci dan diluar terdapat jejak kaki yang masih baru di rumput.

Pada malam itu, seseorang masuk ke kamar anak itu lewat jendela yang tidak terkunci dan berbaring di bawah ranjang. Suara menggaruk misterius yang didengarnya adalah seseorang yang berbaring di bawah ranjangnya, menusuk melalui kasur dengan pisau dan mencoba membunuhnya.

translated by : Sella Chang
source : scaryforkids.com

Fishy Smell





Berapa tahun yang lalu, ketika aku masih sekolah, aku pergi jalan-jalan dengan temanku. Kami baru saja menyelesaikan ujian kami dan kami sedang mencari sedikit kesenangan dan petualangan baru. Temanku membawa anjing peliharaannya selama perjalanan untuk menemani kami.

 Karena kami tidak mempunyai banyak uang, kami tidak bisa tinggal di hotel. Jadi kami hanya berhenti di pinggir jalan dan tidur di mobil.

 Suatu sore, ketika sudah hampir gelap, kami sampai pada sebuah desa di pinggir pantai. Lokasinya berada di pesisir, di kaki gunung.

Kami kehabisan bensin, jadi kami memutar-mutar, mencari tempat untuk mengisi bensin. Setelah melewati pesisir, kami menemukan satu-satunya pom bensin di desa itu, tetapi sudah tutp.

Disana ada rumah kecil dan pompa gas diluar, jadi aku masuk dan memencet belnya. Di depan pintu rumah tersebut ada sebuah keranjang besar yang digantung di depan pintu masuknya. Keranjang itu berisi daging, sayuran, permen dan macam-macam perhiasan kecil. Keranjang tersebut terlihat seperti persembahan di kuil.

Aku memencet bel lagi dan menyadari ada seseorang yang mengintip lewat celah jendela, tetapi tidak ada yang membukakan pintu.

“Hey, aku tahu kau ada dirumah! Buka pintunya!” teriakku.

Tidak ada yang menjawab.

“Mobil kami hampir kehabisan bensin dan kami tidak mau terjebak disini,” kataku.

Lampu pun menyala dan aku mendengar pintunya dibuka. Pintunya hanya terbuka sedikit dan terdapat sebuah sosok yang mengintip dibaliknya.

“Apa maumu?” geramnya.
“Aku hanya ingin membeli bensin….” Jawabku.
“Apa kau tidak lihat kami sudah tutup?”
“Maafkan kami karena sudah mengganggumu, tetapi kami tidak bisa kemana-mana.”
“Kau tidak tahu ini dimana?” katanya. “Pergi dari sini sekarang!”
“Aku juga ingin pergi tapi kami kehabisan bahan bakar,” balasku.
“Ini! Ambil ini!” geramnya.

Pria tersebut membuka pintunya lebih lebar dan melembarkan satu kaleng bensin ke arahku. “Sekarang pergilah dan tinggalkan kami sendirian!” teriaknya, sambil membanting pintu di depanku.

Menurutku itu sangat kasar, tetapi karena ia tidak meminta bayaran atas bensinya, aku berterima kasih padanya dan pergi.

Kemudian aku kembali ke mobil, aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa jalan tersebut seperti ditinggalkan. Sangat sunyi. Seluruh rumah benar-benar gelap dan setiap rumahnya terdapat keranjang yang tergantung di pintu depannya.

“Apakah ada festifal dan semacamnya?” aku mengatakan pikiranku.
“Kalau memang ada, aku tidak tahu sama sekali,” kata temanku.

Kami berdua sama-sama lelah karena menyetir seharian, jadi kami memutuskan untuk tinggal di desa malam ini dan melanjutkan perjalanan dipagi harinya. Kami berhenti di sebelah jalan yang menghadap laut.

Temanku masuk ke kursi belakang bersama anjingnya, sementara aku menyelimuti diriku di kursi depan dan mencoba tidur.

Kemudian, anjing temanku mulai menggeram dan aku menyadari ada bau amis yang menyengat. Anjing itu kemudian menunjukkan giginya dan lanjut menggeram saat ia memandangi laut.biasanya anjing ini diam dan berlaku baik, tetapi sepertinya ada sesuatu yang menakutinya.

Aku memincingkan mataku untuk melihat di kegelapan. Lautnya terlihat tenang dan menyeramkan, hanya diterangi dengan cahaya bulan yang pucat. Aku bisa melihat sesuatu menggeliat di pinggir dermaga.

“Apa itu?” bisikku.
“Aku tidak tahu,” jawab temanku sambil berbisik..

Awalnya hanya terlihat seperti batang pohon yang mengambang di air, tetapi semakin kami melihatnya, sesuatu ini terlihat datang merayap keluar dari laut. Kemudian benda itu mulai naik ke daratan, berputar dan merayap seperti ular, tetapi tidak ada suara sama sekali. Benda itu kelihatannya seperti asap hitam, berputar dan membentuk dirinya menjadi bentuk manusia.

Aku dapat mendengar suara nyaring mengerikan di telingaku. Bau amis menjadi semakin buruk  dan memuakkan.

Sosok gelap itu melintasi jalan dan mencapai rumah pertama di seberang tempat parkir kami. Benda itu hampir setinggi rumah itu sendiri dan berbentuk seperti manusia yang tak berbentuk dengan tangan yang menggantung panjang dan kaki yang bengkok.

Sosok itu memandangi jendela bagai mempunyai wajah. Kemudian ia beralih ke keranjang yang menggantung di pintu depan dan mulai melahap semua di dalamnya.

Aku memandangi temanku dan melihat dia duduk gemetaran di bangku belakang. Aku begitu takut sampai-sampai tidak bisa menggerakkan tubuhku. Seluruh tubuhku kaku dan jantungku berdegup kencang sampai aku takut jantungku akan keluar dari dadaku.

Bau ikan busuk makin menyeruak seperti kabut. Bau itu hampir memperdayaku. Sosok itu mengunjungi rumah demi rumah, memandangi jendela dan mengambil barang-barang di keranjang tersebut.

“Nyalakan mobilnya! “ kata temanku dengan suara bergetar.

Saat aku menyalakan mesin mobilku, sosok itu berbalik perlahan dan melihat tepat ke arah kami. Kemudian sosok itu mulai bergerak menuju ke arah kami. Aku menaikkan gigi dan keluar dari tempat parkir.

Anjing temanku mulai menggonggong dengan kerasnya di kursi belakang. Temanku berteriak padaku, aku tidak berani melihat kebelakang. Kami mengemudi secepat yang kami bisa sampai kami keluar dari desa tersebut hingga ke kota selanjutnya.

Ketika kami kehabisan bahan bakar, aku mengambil kaleng bensin, dan cepat-cepat mengisi tangki dan terus melaju. Pagi harinya, kami kelelahan, tetapi kami telah meninggalkan desa tersebut dan makhluk aneh itu dibelakang.

Ketika kami sampai di rumah beberapa hari kemudian, aku bercerita pada orangtuaku tentang pengalaman mengerikan itu. Ibuku bilang ia pernah mengingat legenda yang di ceritakan pada waktu ia kecil tentang desa nelayan di pesisir pantai.

Ibuku berkata bahwa desa itu dikutuk dan diganggu oleh semacam makhluk supernatural atau iblis. Pada hari yang sama, setiap tahun, sesuatu akan bangkit dari laut dan menyerang penduduk desa, menghancurkan dan melahap mereka. Untuk melindungi diri mereka, penduduk desa akan mengunci rumahnya pada malam hari dan meninggalkan sesaji di luar rumahnya untuk menangkal makhluk tersebut.

Sejak saat itu, aku selalu menjauh dari laur. Ada sesuatu tentang bau amis itu yang menakutiku dan membuatku gemetar ketakutan.

translated by : Sella Chang
 source : scaryforkids.com